Selasa, 06 November 2012

[Tidak] Harus Berpisah


Kau membuatku tahu bahwa keresahan pun akan memberikan pelajarannya sendiri. Resah membuat hati lebih waspada, resah memaksa fisik untuk bertindak, resah menstimulus otak untuk berpikir.

Setidaknya, dengan resah aku tahu bahwa hatiku masih hidup. Dengan resah aku tahu bahwa qalbuku masih cukup aktif merespon.

Aku tak menyesal telah meresahkanmu. Karena itu menuntunku untuk tunduk sujud pada-Nya. Karena resah itu telah menjadi jalur bagi air mataku untuk mengalir pada muara yang baik. Dengan resah itu pula aku melatih diriku untuk peduli padamu dan sekitarku.

Keresahan telah mengajakku untuk lebih banyak meditasi, merenung dan mengevaluasi diri. Keresahan membuatku sadar bahwa harus ada perbaikan setiap waktu. Bahwa ancaman itu akan selalu ada selama hayat dikandung badan.

Jadi... Biar saja resah ini jadi warna perjuangan. Biar saja.... Karena keresahan inilah yang akan mempertemukan aku dan Tuhanku di penghujung malam :)

Seperti kata Bang Insanul Arifin,

“Sesungguhnya tak ada jalan lain, kecuali kehidupan ini harus dilalui ‘tuk menuju surga. Tampilannya seperti ujian, tapi isinya rahmat dan kenikmatan. Berapa banyak kenikmatan yang sungguh besar baru diperoleh setelah melalui ujian. Semoga segala amanah ini menjadi jalan menuju surga-Nya."


Aku janji, kita akan melewati fase 'kiritis' ini bersama dalam naungan ukhuwah bertabur cinta.

#Meski tulisan ini tercipta diiringi lagu Harus Berpisah-nya Cakra Khan, tapi... tak akan ada perpisahan dalam ukhuwah kita#

Jumat, 28 September 2012

#Note Jalanan : Warna-warna Pagi

Ini sebenarnya catatan jalanan di Senin pagi, 24 September 2012 kemarin… yaa dengan berbagai alasan yang… bisa jadi dibuat-buat x_x, baru sempat diposting sore ini :D

Tapi… belum basi deh kayanya… mumpung masih hari Jumat, belum nyampe Senin lagi… jadi belum terlambat J

-----
Menutup hari dengan syukur, mengawali hari dengan syukur.
Senin pagi yang sedikit agak mendung, bersama ratusan orang lainnya menyusuri tiap meteran jalanan Soekarno Hatta, Bandung.

Dihadapanku, berjejer berbagai macam wajah tapi semuanya dengan satu aura,,,, 'Senin'.
Ada yang berkedip-kedip menahan ngantuk, ada yang sudah terlelap dengan nikmat diantara kesesakan angkutan kota. Ada juga yang menatap kosong, entah apa yang tengah menggelayuti pikirannya..
Ya, semua dengan pikirannya masing-masing. Seperti seorang pemuda stelan 'preman' dengan rambut ala harajuku, kaos hitam, celana jeans, lengkap dengan daun telinga berlubang lebar bekas ditindik yang duduk didepan pintu angkot. Ia menahan dagu dengan tangan kirinya dan menatap sayu ke arah luar... #sayu?? Benar, sayu...
Tak taulah apa pula yang tengah ia pikirkan.

Iseng-iseng menengok ke arah luar. Barisan motor-motor bergerak perlahan...
Senin pagi, memang identik dengan macet, atau klo beruntung, seperti sekarang, bergerak perlahan. Kulihat wajah-wajah cemas para pengendara, mungkin takut telat sampai tujuan. Aku juga lihat ada yang berwajah marah, nampaknya motornya baru saja kesenggol angkot. Ada juga yang nampak tak peduli dengan sekitar, sedikit melirik kiri-kanan dan lempeng fokus pada laju sang motor. Tapii, ada juga wajah ceria diantara asap knalpot... Yeaa pasangan muda yang menikmati perjalanan pagi. Bercanda, tertawa dan ga sadar nabrak mobil :D

Heuheuheuheu..... \=D/


Seorang pemuda bertopi hitam, pakai jeans dan berkemeja kotak-kotak (kayanya bukan fans-nya Jokowi karena warna kotak-kotaknya beda) berlari-lari di trotoar jalan. Melewati siswa-siswa SMA yang cemas menunggu angkot, juga melewati pak polisi yang bertugas tanpa permisi (untung ini polisi, bukan panitia Mosma. Klo ga, pemuda ini bisa kena hukuman ga bilang ‘permisi’ :D). Ku arahkan pandangan mengikuti lajunya. Hoo... Dia mengejar angkot Gedebage-St. Hall rupanya.

Hey hey, seorang kakek di sebelahku nampak gelisah. Duduknya pindah-pindah... Agak kesal sih... Secara, ni angkot lumayan penuh. Sempet berpikir 'maunya apa sih??'. Dia berpindah dari jok didepanku ke sebelahku. Lalu pindah lagi ke jok didepanku. Tak hanya itu, dia ga juga bisa diam. Tangannya memegang dagu, lalu ga lama kepalanya tengok kiri kanan, lalu duduk tegak melepaskan tangannya dari dagu, lalu duduknya agak maju, mundur lagi, tengok kiri-kanan lagi... Pegang dagu lagi...terus begitu...
Hmmm... Entah (lagi) apa yang dipikirkan.

Ini Soekarno Hatta di Senin Pagi. Semarak dengan warna-warna....

Upsss... MasyaAllah, ada wanita 'kurang waras' berjalan telanjang tanpa kain sehelai pun x_x
menjadilah ia, tontonan 'gratis' dalam kemacetan :(
Pengen rasanya turun dan menyerahkan jaketku padanya. Sayangnya, aku ditengah-tengah kemacetan jalanan dan kesesakan angkutan umum. Cuma bisa menahan hati yang merasa 'teriris'.

Ya Allah, setiap orang memulai hidup di pagi dengan warnanya masing-masing. Setiap orang memulai hari dengan segala permasalahan dan kesyukurannya masing-masing. Kau berikan dengan adil. Ada yang memperlihatkan 'permasalahan' itu, ada yang 'menyimpannya' saja didalam hati dan menikmatinya.

Kadang, merasa betapa beban hidup begitu mendera. Kadang, merasa hanya 'aku' yang menderita. Tapi, jika kita mau sejenak memperhatikan sekeliling, mencoba membaca riak-riak wajah orang-orang yang kita temui, kita akan melihat betapa semua orang sama. Mereka punya ujiannya sendiri-sendiri pada konteks yang berbeda namun bobot yang sama sesuai kapasitas masing-masing.

Sedih atau bahagia. Optimis atau pesimis. Semuanya pilihan. Kita yang menentukan, sikap seperti apa yang akan kita show up kepada dunia. Tak ada larangan, hanya ada 'akibat'.

Aku pilih untuk bersyukur saja ahh... Agar akibatnya pun tak jauh dari indahnya perasaan 'bersyukur' itu, yaitu bahagia. Aku pilih untuk optimis saja, agar akibatnya pun adalah pasangannya, yaitu sukses.

#AkuBahagia^_^#

Jumat, 14 September 2012

Bukan dia, tapi DIA...


A: “Besok yah…”
B: “Siiippp… Alhamdulillah…”
A: “Aduh lupa…. Besok aja yah…”
B: “Hooo…. Baiklah,… besok yahhh”
A: “Hmmm… belum euy lupa…..”
B: “Okay….”
A: “Belum nih…. Sibuk…”
B: “Ohhhh….”

Harapan adalah energi besar bagi manusia. Ia akan mampu membuat manusia bisa terbang hingga langit tertinggi. Ia bisa menjadikan semut berkekuatan layaknya gajah. Ia mengubah seorang fakir seolah jutawan. Ia mengganti air mata dengan senyuman. Ia menenangkan hati yang gelisah. Ia membuka jalan yang tertutup.

Yahh itulah, HARAPAN. Sebuah energi hebat. Ia adalah turunan dari cinta. Dan kita semua tahu, betapa dahsyatnya CINTA. Sekedar mengingatkan betapa kuatnya CINTA, aku kutip kembali tulisan Ust. Anis Mata dibuku serial CINTA-nya,

“Seperti banjir menderas. Kau tak kuasa mencegahnya. Kau hanya bisa ternganga ketika ia meluapi sungai-sungai, menjamah seluruh permukaan bumi, menyeret semua benda angkuh yang bertahan di hadapannya. Dalam sekejap ia menguasai bumi dan merengkuhnya dalam kelembutannya. Setelah itu ia kembali tenang: seperti seekor harimau kenyang yang terlelap tenang. Demikianlah cinta. Ia ditakdirkan jadi makna paling santun yang menyimpan kekuasaan besar.”

Amazing sekali bukan? Maka, wajar jika turunannya yang berupa HARAPAN pun mampu memberikan kekuatan besar pada manusia. Karenanya, manusia harus memiliki harapan untuk bisa melanjutkan hidup.

Segala sesuatu yang besar, haruslah disandarkan pada yang besar pula. Kita tidak mungkin menyandarkan sepeda motor pada pagar kayu yang rapuh. Pagarnya bisa ambruk disenderin motor dan akibatnya motor kita bisa rusak karena “ngegudubrak”. Minimal pagar besi atau pagar tembok, baru motornya bisa nyender dengan tumaninah ^_^

Begitu pun HARAPAN.
Energinya yang luar biasa haruslah disandarkan pada sesuatu yang lebih luar biasa lagi. Agar dia bisa ajeg tersandar dengan aman dan nyaman. 

Hari ini, aku belajar hal besar soal harapan. Hal besar dari suatu yang ‘kecil’.
Percakapan diatas adalah percakapan yang menggambarkan betapa sulitnya menyandarkan sebuah harapan pada manusia. Karena manusia itu pelupa… karena manusia itu sering lalai... karena manusia itu bisa jadi berkhianat… karena manusia itu terkadang tak jujur. Dan banyak alasan kelemahan manusia yang seharusnya membuat kita berhati-hati dan tidak sekali-kali menggantungkan harapan pada yang manusia.

Cuma, yaaaa gitu deh… ada suatu waktu dimana tekanan terasa begitu menghimpit, lalu hati yang lalai ini pun mulai condong kepada manusia. Bahkan kadang, hati menggantungkan harapan sepenuhnya pada manusia. Lupa berdoa dan terlalu yakin manusia bisa memenuhi apa yang dibutuhkan.
Astaghfirullah…

Karena Allah sayang, Dia pun menegurku hari ini. Dia menghantam hatiku hingga tersungkur. Dia seolah membelai kepalaku dan berkata, 
“Berhentilah berharap padanya, ada Aku disini. Apa kau lupa? Mau sampai kapan terluka? Mau sampai kapan terjatuh? Sudah hentikan, dan lihatlah Aku dekat denganmu. Apa kau meragukan-Ku bisa membantu?”

Aku pun hanya bisa tergugu. Haru dan malu….
Sejak awal, aku melupakan-Nya. Berharap penuh pada manusia-manusia yang tak bisa dipegang janjinya. Merengek pada mereka yang serba terbatas.
Hiksss… ya aku maluu… dan dengan menunduk dalam, aku pun memohon maaf pada-Nya….
Hingga kudapatkan kembali kekuatan dari satu keyakinan, dan kukatakan dengan lantang pada diriku sendiri,
“Aku tidak tahu bagaimana caranya, tapi Allah pasti akan mengulurkan tangan-Nya. Aku akan segera menyaksikan keajaiban itu, tak lama lagi..”

Maka, kutenangkan hatiku… dan tak perlu menunggu hitungan hari. Hanya hitungan jam saja, aksi-Nya mulai terlihat. Orang-orang pengganti yang tak disangka bermunculan. Memberikan bantuan tanpa diminta. Aku pun hanya bisa ternganga, kalimah tasbih-lah yang pertama terucap,
Subhanallah… Maha Suci Engkau, Ya Allah... Aku memang tak layak meragukan-Mu sedikit pun.

Kini, tinggal menanti hari pengeksekusian.  
Aku yakin, inilah jalan dakwah yang indah. Berbalut air mata dan luka…. Namun, Dia tak akan membiarkanku sendirian… tangan-Nya yang hangat siap membasuh air mata yang mengalir dan mengobati kaki yang terluka.

“Dan kutahu, tangan-Mu akan terhulur pada saat yang tepat. Kau inginkan aku menjadi kuat, maka tak mungkin Kau biarkan aku hanya sekedar bersenang-senang. Aku harus dilatih untuk menjadi pribadi tangguh. Aku harus diuji untuk menjadi seseorang yang istiqamah. Aku tahu itu… dan aku tak akan meminta untuk dimudahkan, aku hanya meminta…. Kuatkan. Itu saja

Menikmati tahapan menuju-Nya
Yaya

Rabu, 12 September 2012

Mengeja Cinta Dijalanan Pulang


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Aku tengah terus menerus mengeja arti cinta Itu pula saat ini kulakukan
Diantara gelak tawa adik-adik pejuang
Diantara wajah-wajah lugu yang kadang nampak bimbang
Diantara masalah demi masalah yang memunculkan kebingungan

Yah, aku tengah terus mengeja arti cinta
Bersama air mata dan senyuman
Bersama harapan dan doa
Berusaha mengikat asa diantara ketidakmungkinan
Mencoba merangkai makna dilautan putus asa

Cinta
Mengeja setiap hurufnya
Ku coba memahami mengapa Dia menitipkannya
Mengapa Dia meletakkannya ditangan dan hatiku
Mencoba mengerti Mencoba menerima sepenuh hati

Cinta
Kuteliti langit malam ini dalam perjalanan pulang
Kuperhatikan adakah rasi bintang yang membentuk katanya
Tapi, aku hanya menemukan gelap dan ketiadaan

Cinta
Adakah aku mulai merasa resah?
Mengapa kau kini membuatku begitu salah tingkah?
Aku ambil satu cita, namun kubingung dimanakah kudapatkan resource-nya
Cinta, aku bisa gila

Jumat, 07 September 2012

Menjemput Mimpi


Taukah temans, bahwa Allah itu benar-benar akan langsung mem-follow up niatan baik kita meski itu baru lintasan hati?
Ga percaya?
Memang kadang kita tidak menyadarinya, kita merasa biasa-biasa saja, kadang merasa Allah kok nampak ‘not responding’ yah…. Jangankan lintasan hati, bahkan do’a yang benar-benar diucapkan pun seolah seperti di’cuekin’ sama Allah… Hingga sering kita merasa Allah tidak peduli, alhasil kita meragukan-Nya, meragukan pertolongan-Nya. Meragukan kalau Dia mendengar permintaan kita.

But… sekali-kali tidak begitu. Allah itu perespon yang baik. Yang paling cepet. Responsive banget deh pokoknya.
Terus kenapa harapan dan doaku sering ga dikabulkan? Minta A dikasih B. Minta didekatkan ke B, malah dijauhin. Minta rumah yang mewah, malah dipertemukan dengan saudara yang membutuhkan. Minta pengen bisa umroh, ehhh… malah keluarga dapat musibah. Responsive apanyaaaaa….??? Arrgghhhh… >,<

Hey.. hey… itulah cerdasnya Allah sebagai pembuat scenario paling hebat sejagat raya.
Coba kalau kita nonton film, lebih seneng film yang dari awal udah kebaca ujungnya kaya gimana atau film yang justru bikin penasaran… apa sih end-nya… ayoo, mana film yang akan membuat kita stay tune???
Tentunya kita bakalan setia nonton film yang bikin gregetan, sebenarnya ‘mau dibawa kemana’.
Kenapa?
Soalnya itu lebih menarik. Lucunya, kita akan merasakan sensasi yang luar biasa tatkala end-nya ga kepikiran sama kita dan bikin kita terkejut. Kita suka langsung berpikir bahwa pembuat skenarionya itu cerdas banget.

Tau ga kenapa banyak dari kita yang ‘ga suka’ dengan sinetron-sinetron Indonesia?
Soalnya kisahnya gitu-gitu aja… bahkan adegannya bisa ditebak. Ampe ujungnya aja udah keliatan. Makanya, kita jadi males. Apalagi modelan ceritanya sama semua…. Ya ngga??? :D

So, Allah ga mungkin bikin scenario hidup yang ‘ngebosenin’ donk… Dia Yang Maha Cerdas. Dia akan buat segala sesuatunya memerlukan ‘kecerdasan’ untuk dipecahkan. Dia akan mengajak kita tidak hanya pandai berdo’a dan ikhtiar tapi juga pandai menilai dan menganalisa setiap garis merah yang diberikan-Nya dalam tiap potongan puzzle kehidupan kita. Dia mengajari kita untuk menjadi hamba yang pintar, yang bisa kaya Conan Edogawa, pandai merangkai setiap kejadian, setiap petunjuk hingga menemukan sebuah fakta, sebuah kebenaran. Begitulah Allah…

Karena itu, mari coba ditilik-tilik lagi….
Setelah kita berdoa, atau saat hati kita berharap akan sesuatu… apa yang terjadi setelah itu? Adakah sebuah kejadian? Adakah tiba-tiba sebuah kesempatan yang tidak disangka-sangka? Adakah sesuatu?
Segera analisa, segera ambil dan segera jalani. Mungkin saja, itu adalah jawaban-Nya. Bisa jadi itu adalah jalan dari-Nya.

Jadi ingat,, beberapa bulan yang lalu, sekitaran 5 bulan kebelakang. Aku bertekad untuk mulai serius dengan tulisan. Ingin mulai menunjukkan kepada dunia hasil tarian jariku. Maka, aku mulai membuka kembali blog dan menulis. Setidaknya saat itu, aku janji bahwa minimal satu bulan sekali harus ada postingan tulisan baru. Dan aku juga mulai berpikir untuk menulis Novel yang sejak SMA ga pernah beres… X_X
Luar biasanya, Allah seolah menjawab… tiba-tiba aku mendapatkan informasi sebuah kompetisi pembuatan novel dari salah satu penerbit besar. Waaaa…. Makin semangat. Deadline-nya Juli 2012, dan aku buat timeline, memastikan bahwa novel ini kelar tepat waktu.

Waktu berjalan, bulan berikutnya aku masih konsisten membuat postingan di Blog dan sedikit demi sedikit menambah halaman novelku. Bulan berikutnya lagi, aku mulai disibukkan dengan persiapan program Ramadhan. Karena kebetulan aku adalah amil di salah satu lembaga amil Zakat Nasional plus panitia Ramadhan juga, maka Ramadhan menjadi peak season yang luar biasa. Pokoknya sibukkkk bangettt (perasaanku)… kesibukan dimulai sejak Sya’ban… persiapan ini itu… produk-produk Ramadhan… meeting-meeting… lumayan mengambil jatah lebih banyak waktuku.
Mulailah konsistensiku diuji…
Aku memang masih banyak menulis, tapi bukan untukku. Untuk lembaga, karena aku juga adalah penanggungjawab komunikasi internal. Jadi, aku sibuk menulis di Web Internal untuk mengingatkan tentang Ramadhan, sosialisasi kebijakan, memberikan motivasi, de el el… akhirnya, blog-ku kembali terlupakan. Dan…. Novel pun  terbengkalai. Aku baru sadar dipertengahan Juli bahwa novelku masih jauh dari target,,,, menilik aktivitas yang makin padat menjelang Ramadhan, aku pun menutup draft novel itu dan memastikan untuk tidak menyelesaikannya… saat ini…. meski sebenarnya masih ada 15 harian lagi akhir kompetisi itu….
Aku pun kembali kehilangan… moment…. :(

“Banyak kegagalan dalam hidup ini

dikarenakan orang-orang tidak menyadari

betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah”

(Thomas Alva Edison)


Yaaa kejadian itu kini terlintas kembali… dan aku menyesalinya. Dia berikan kesempatan, tapi aku sendiri tak meyakini aku mampu, dan membuang kesempatan itu -______-

Kembali ke masa kini.
Blog seorang adik bernama Nadhira telah membuatku kembali bersemangat. Tak hanya untuk menulis, namun juga untuk kembali merangkai mimpi-mimpi yang tercerai berai. Aku pun kembali bangkit dan mulai menatanya.

Kau tau temans, apa yang terjadi?
Tak perlu menunggu lama, sebab keesokan harinya, Allah mempertemukan aku dengan seseorang dan berdiskusi panjang lebar. Hingga, aku pun memutuskan untuk mulai menapaki apa yang Ayahku dulu tapaki. Satu bidang yang selama ini hatiku inginkan, tapi aku menghindarinya. Dan tak hanya sampai disana, 2 hari lalu, seorang teman lainnya memberikan informasi yang juga menjadi ‘sebuah pertimbangan’ untukku merubah segalanya.
Memang, semua ‘jawaban’ yang diberikan-Nya itu tidak langsung pada pokoknya. Aku sendiri harus ‘rehat sejenak’ untuk menganalisa. Sampai akhirnya menyadari bahwa Dia sedang mulai 'bekerja', memberikan benang merah antara lintasan hatiku dan kenyataan yang harus dijalani untuk bisa menuju kesana.
Subhanallah….
Ibaratnya, aku meminta diberikan ikan bawal, dan Dia memberiku buku ‘Entrepreneurship’. Nampak ga nyambung kan??? Tapi, jika kita mau meluangkan sedikit waktu untuk merenungkan dan mengoptimalkan apa yang diberikan-Nya, kita pasti akan menemukan hubungannya.

Aku telah sampaikan pada-Nya apa mimpiku.
Aku telah serahkan pada-Nya deadline hidupku.

Menatap langit yang cerah. Mengangkat tanganku dan kupastikan jariku menyentuh awan-awan putih yang berarak diantara lautan biru. 


“Aku akan menjemputmu yang telah lama kubiarkan sendiri disana menungguku. Dalam keresahanmu, apakah sebenarnya aku peduli atau tidak. Aku akan buktikan, tak lama lagi, kau akan kujemput.
Kini aku tengah meniti tangga emas menujumu. Sabarlah, aku akan menjemputmu… MIMPIKU…”

Salam Hangat,
Yaya, Sang Pemimpi

Bacaan Populer