Jumat, 15 Februari 2013

Aku 'Marah' Lohhh

Hey, lama benar tak menegurmu :D

Ahh hari ini aku merasa banyak 'marah'. Entahlah, aku 'marah' pada banyak hal.
Aku tau, harusnya tidak perlu merasa marah. Bukankah sudah dijanjikan syurga bagi yang bisa menahan marah?
Tapi... aku benar-benar 'marah'.

"Kalau masih bisa senyum, artinya marahnya belum kehati." Katanya sambil terkekeh sore itu.
Aku mendelik, "Kapan kau akan mengerti bahwa aku benar-benar marah?"
"Janganlah marahhh.." Dia tertawa lebar.... seolah-olah marahku lucu.
Aku manyun. Selalu begitu.

Hari ini, lagi-lagi aku merasa 'marah'. Dan, tak seorang pun 'ngeh' kalau aku 'marah'.
Sepertinya, memang aku ga bakat soal satu ini -____-'

Sudahlah, aku memang 'marah'.

Kamis, 03 Januari 2013

Mari Mulai Mengisi Kertas Putih Bernama, 2013



Hay, apa kabarnya Blog-ku sayang?
Maaf, baru dihari keempat tahun 2013 ini aku bisa kembali menyambangimu dan menggoreskan sedikit kata-kata untuk menyapamu.
Apa kau marah?
2 bulan aku bahkan tak pernah menengokmu barang sedikit pun. Seperti biasa, aku hanya bisa bilang, ‘Maaf, aku sedikit sibuk.’
Mungkin kau akan bilang, ‘Tak apa, alasan klasik.’
Walau begitu, aku tahu, kau akan memaafkanku. Karena kau sangat merindukanku… ya kan? Hehehe :D

Kau tahu, sebenarnya cukup sering banyak kata-kata bertebaran di kepalaku untuk kutuliskan disini. Tapi, kata-kata itu selalu hilang seiring dengan bergantinya aktivitasku. Pasalnya, mereka bermunculan dikala aku tengah dalam pergulatan harianku. So, aku sering kehilang moment saat akan menuliskannya. Hmmm… lagi-lagi alasan klasik :(

Ahh yaa sudahlah, semua alasan yang kuungkapkan tak ada gunanya. Sebab semuanya sudah sering jadi alasanku. Mau gimana lagi…
Tapi, dihari keempat 2013 ini aku ingin sedikit cerita padamu. Maka, plisss.. dengarkanlah. Aku sedang ingin menuliskannya. Dengarkan. Cukup dengarkan saja. Kau tak perlu berkomentar ataupun memberikan masukan. Aku hanya ingin didengarkan. Itu saja.

31 Desember 2012 kemarin, aku tepat berusia seperempat abad. Kau tahu apa itu artinya? Sudah 25 tahun aku hidup!!! Tidakkah ini begitu sangat amazing? 25 tahun. Waktu yang lama bukan? Aku sendiri sedikit bergidik saat menyadarinya :D bukan karena berarti aku makin tua, Cuma betapa sudah lamanya aku hidup, menjalani kehidupan, dan bertumbuh. Heuuu… lama sekali.

Saat usiaku 24 tahun, seorang teman pernah bilang, “Ya, kau tahu? Usia 24 itu merupakan usia puncaknya galau seorang wanita.”
Aku melongo, “Haaaa… benarkah? Mengapa bisa begitu? Aku ngerasa baik-baik saja.”
Temanku terkekeh geli, “Ahhh bohong. Mana adaaaa… semua wanita diusia 24 itu galau. Kamu Cuma menutupinya saja.”
Dia kembali tertawa, “Kamu gengsi aja sama kegalauanmu sendiri. Tak usah malu, memang semua begitu kok.”
Aku menjulurkan lidahku tanda tak setuju, “Sok tahu.”
Hahahaha… dia tertawa makin keras, “Bukan sok tahu, tapi aku emang tahu. Wanita sudah mulai galau karena ingin menikah. Jadi, ini hanya berlaku buat yang masih single… kaya dirimu, hehehehe… mereka mulai merasa risih melihat temannya menikah. Mulai bertanya-tanya dan was-was… aku kapaaann… mulai merasa cemburu melihat pasangan-pasangan muda.. Hahahahaha…”
Sedikit mengernyit, “Bener gituhhh???? Aku biasa ajahhh…”
Sambil mengedipkan matanya, “Ohyaaa??? Mengapa aku merasa matamu justru berkata sebaliknya yaaaa… hahahaahahahaha”
Dan aku pun melemparnya dengan bantal kecil yang ada di mobil, “Menyebalkan.”

Setelah kupikir-pikir, mungkin memang benar begitu… hehehe
Usia 24 tahun, aku berpikir cukup keras soal menikah. Sepertinya hampir setiap hari aku pikirkan itu. #ehhh…wkwkwkwkkw…# ini serius. Beneran. Aku sering memikirkannya sampai menjitak kepalaku sendiri.
Ingin tahu apa yang kupikirkan soal menikah??
Aku merasa takut kalau tiba-tiba ada yang mengajukan taarufan. Aku bingung harus jawab apa. Takut. Dan tiap hari aku ketakutan kalau mikirin itu. Wakakakakakakaakkkk… Parah ga siyy :D #Parah, Pede banget bakalan ada yang ngajak taarufan =)) #
Jadi, bukan resah memikirkan ‘kapan dilamar’, justru resah memikirkan ‘gimana kalau ada yang lamar’. Aneh bin ajaib emang…

Bukan apa-apa. Aku hanya selalu merasa diriku belum siap. Mmm… belum mampu. Aku belum bisa. Belum bisa membagi cinta selain dengan keluarga… #ecieeee :D# belum mampu menutup mata dari adik-adikku, belum bisa meninggalkan Ayah sama Ibu. Belum mampu menjalani hari-hari tanpa melihat mereka. Kurang lebih aku merasa gitu… #Beuuuhhhh…#
So, apa yang dibilang temenku soal ‘puncak galau’ di usia 24 itu bener kayanya. Aku galau, karena ketakutan =))
Hey, jangan menertawakan aku seperti ituhhhhhhhhh (T_T)

Ketika akhirnya aku tiba di malam tanggal 30 Desember 2012. Saat itu waktu menunjukkan pukul 23.20 WIB. 40 menit menuju tanggal 31 Desember 2012. Aku terbangun dan ga bisa langsung tidur lagi. Tanpa terasa, waktu menunjukkan pukul 00.20 WIB sembari berbaring dan menatap lekat-lekat langit-langit kamar, aku mengangkat tanganku….

“Duhai Allah, aku sudah tiba di usia 25 tahun. Lama sekali aku sudah hidup. Banyak hal yang sudah terjadi, sejak aku mulai bisa mengingat kenangan-kenangan hingga hari ini. Aku ingat saat aku mulai senang membicarakan cita-citaku saat usia 2 atau 3 tahun. Ingin jadi penyanyi. Itu cita-cita pertamaku… aku hampir tak percaya bisa bercita-cita seperti itu dulu. Tapi, aku memang suka music sampai sekarang… Kau tahu ituh… Kemudian saat mulai memasuki SD dan mempelajari pelajaran-pelajaran baru, aku sangat ingin jadi dokter. Aku bahkan merengek dan nangis berguling-guling hanya agar dibelikan seperangkat mainan dokter-dokteran, dan aku pun mendapatkannya. Saat aku semakin besar memasuki SMP, aku mulai menyukai profesi guru. Aku mengagumi guru-guruku, terutama guru pelajaran eksak, seperti matematika dan fisika. Yaa, Kau tahu, saat itu aku sangat ingin jadi guru Fisika. Cita-cita yang aku jaga dalam hati dan pikiranku hingga SMA. Namun kemudian, cita-cita itu terpaksa aku buang ketika akhirnya aku justru harus masuk sekolah tinggi bisnis. Diluar dugaan, kini aku bekerja kantoran. Fokus bekerja dalam hal komunikasi. Hmm.. Kau selalu punya scenario yang bisa membuat aku jantungan bila merunutnya. Dalam profesiku kini, ternyata aku punya cita-cita. Berpetualang di Korea untuk mencari objek-objek menarik yang bisa diabadikan dalam kameraku!! Hmm… dengan kata lain, aku ingin jadi fotografer… Itu mimpiku sekarang. Semakin jauh yaa dari cita-cita masa kecil…. lucu sekali. Yaaa… aku ingin bisa melakukan perjalanan ditemani kamera. Bisakah Kau bantu aku mewujudkannya di usia 25 ini? Ohya, aku ada satu tambahan permintaan lagi. Aku tak mau berpetualang sendirian di Korea. Aku ingin bersama ‘dia’ yang terlahir untukku, yang Kau gariskan berada disisiku hingga akhir. Jadi, aku berharap bisa dipertemukan dengannya di usiaku ke 25 ini. Karena, akan sangat tidak menyenangkan jalan-jalan sendirian. Semoga Kau berkenan mengabulkannya… Aamiin.”

Dan aku pun tertidur kembali… hihihi… lucu juga ingetnya :D

Jangan menertawakan aku lagi seperti ituhhhh L
Itu aku melakukannya dengan sangat lugu dan polos. Dengan sepenuh hati dan sangat berharap. Itu serius. Aku tulus berbicara begitu pada-Nya, lebih tepatnya memberanikan diri berbicara tentang itu dengan-Nya. Karena aku merasa malam itu hati dan pikiranku tenang sekali, dan aku merasa kini lebih tentram dan tak merasa takut. Begitu….

Itu yang ingin aku ceritakan padamu.
Stop, jangan berkomentar apa-apa tentang ini. Aku hanya ingin menceritakannya. Setelah ini, aku ingin kau bisa menyaksikan nanti, suatu hari di tahun 2013, semuanya terwujud. Cukup diam dan lihat saja. Setelah semuanya terjadi, barulah kau ucapakan ‘Selamat’ untukku. Okay?? Siip yaaa :)

Baiklah… sebentar acara pagi di kantor akan segera diselenggarakan. Sampai bertemu kembali, my cute blog :)
Salam hangat dariku.

Selasa, 06 November 2012

[Tidak] Harus Berpisah


Kau membuatku tahu bahwa keresahan pun akan memberikan pelajarannya sendiri. Resah membuat hati lebih waspada, resah memaksa fisik untuk bertindak, resah menstimulus otak untuk berpikir.

Setidaknya, dengan resah aku tahu bahwa hatiku masih hidup. Dengan resah aku tahu bahwa qalbuku masih cukup aktif merespon.

Aku tak menyesal telah meresahkanmu. Karena itu menuntunku untuk tunduk sujud pada-Nya. Karena resah itu telah menjadi jalur bagi air mataku untuk mengalir pada muara yang baik. Dengan resah itu pula aku melatih diriku untuk peduli padamu dan sekitarku.

Keresahan telah mengajakku untuk lebih banyak meditasi, merenung dan mengevaluasi diri. Keresahan membuatku sadar bahwa harus ada perbaikan setiap waktu. Bahwa ancaman itu akan selalu ada selama hayat dikandung badan.

Jadi... Biar saja resah ini jadi warna perjuangan. Biar saja.... Karena keresahan inilah yang akan mempertemukan aku dan Tuhanku di penghujung malam :)

Seperti kata Bang Insanul Arifin,

“Sesungguhnya tak ada jalan lain, kecuali kehidupan ini harus dilalui ‘tuk menuju surga. Tampilannya seperti ujian, tapi isinya rahmat dan kenikmatan. Berapa banyak kenikmatan yang sungguh besar baru diperoleh setelah melalui ujian. Semoga segala amanah ini menjadi jalan menuju surga-Nya."


Aku janji, kita akan melewati fase 'kiritis' ini bersama dalam naungan ukhuwah bertabur cinta.

#Meski tulisan ini tercipta diiringi lagu Harus Berpisah-nya Cakra Khan, tapi... tak akan ada perpisahan dalam ukhuwah kita#

Jumat, 28 September 2012

#Note Jalanan : Warna-warna Pagi

Ini sebenarnya catatan jalanan di Senin pagi, 24 September 2012 kemarin… yaa dengan berbagai alasan yang… bisa jadi dibuat-buat x_x, baru sempat diposting sore ini :D

Tapi… belum basi deh kayanya… mumpung masih hari Jumat, belum nyampe Senin lagi… jadi belum terlambat J

-----
Menutup hari dengan syukur, mengawali hari dengan syukur.
Senin pagi yang sedikit agak mendung, bersama ratusan orang lainnya menyusuri tiap meteran jalanan Soekarno Hatta, Bandung.

Dihadapanku, berjejer berbagai macam wajah tapi semuanya dengan satu aura,,,, 'Senin'.
Ada yang berkedip-kedip menahan ngantuk, ada yang sudah terlelap dengan nikmat diantara kesesakan angkutan kota. Ada juga yang menatap kosong, entah apa yang tengah menggelayuti pikirannya..
Ya, semua dengan pikirannya masing-masing. Seperti seorang pemuda stelan 'preman' dengan rambut ala harajuku, kaos hitam, celana jeans, lengkap dengan daun telinga berlubang lebar bekas ditindik yang duduk didepan pintu angkot. Ia menahan dagu dengan tangan kirinya dan menatap sayu ke arah luar... #sayu?? Benar, sayu...
Tak taulah apa pula yang tengah ia pikirkan.

Iseng-iseng menengok ke arah luar. Barisan motor-motor bergerak perlahan...
Senin pagi, memang identik dengan macet, atau klo beruntung, seperti sekarang, bergerak perlahan. Kulihat wajah-wajah cemas para pengendara, mungkin takut telat sampai tujuan. Aku juga lihat ada yang berwajah marah, nampaknya motornya baru saja kesenggol angkot. Ada juga yang nampak tak peduli dengan sekitar, sedikit melirik kiri-kanan dan lempeng fokus pada laju sang motor. Tapii, ada juga wajah ceria diantara asap knalpot... Yeaa pasangan muda yang menikmati perjalanan pagi. Bercanda, tertawa dan ga sadar nabrak mobil :D

Heuheuheuheu..... \=D/


Seorang pemuda bertopi hitam, pakai jeans dan berkemeja kotak-kotak (kayanya bukan fans-nya Jokowi karena warna kotak-kotaknya beda) berlari-lari di trotoar jalan. Melewati siswa-siswa SMA yang cemas menunggu angkot, juga melewati pak polisi yang bertugas tanpa permisi (untung ini polisi, bukan panitia Mosma. Klo ga, pemuda ini bisa kena hukuman ga bilang ‘permisi’ :D). Ku arahkan pandangan mengikuti lajunya. Hoo... Dia mengejar angkot Gedebage-St. Hall rupanya.

Hey hey, seorang kakek di sebelahku nampak gelisah. Duduknya pindah-pindah... Agak kesal sih... Secara, ni angkot lumayan penuh. Sempet berpikir 'maunya apa sih??'. Dia berpindah dari jok didepanku ke sebelahku. Lalu pindah lagi ke jok didepanku. Tak hanya itu, dia ga juga bisa diam. Tangannya memegang dagu, lalu ga lama kepalanya tengok kiri kanan, lalu duduk tegak melepaskan tangannya dari dagu, lalu duduknya agak maju, mundur lagi, tengok kiri-kanan lagi... Pegang dagu lagi...terus begitu...
Hmmm... Entah (lagi) apa yang dipikirkan.

Ini Soekarno Hatta di Senin Pagi. Semarak dengan warna-warna....

Upsss... MasyaAllah, ada wanita 'kurang waras' berjalan telanjang tanpa kain sehelai pun x_x
menjadilah ia, tontonan 'gratis' dalam kemacetan :(
Pengen rasanya turun dan menyerahkan jaketku padanya. Sayangnya, aku ditengah-tengah kemacetan jalanan dan kesesakan angkutan umum. Cuma bisa menahan hati yang merasa 'teriris'.

Ya Allah, setiap orang memulai hidup di pagi dengan warnanya masing-masing. Setiap orang memulai hari dengan segala permasalahan dan kesyukurannya masing-masing. Kau berikan dengan adil. Ada yang memperlihatkan 'permasalahan' itu, ada yang 'menyimpannya' saja didalam hati dan menikmatinya.

Kadang, merasa betapa beban hidup begitu mendera. Kadang, merasa hanya 'aku' yang menderita. Tapi, jika kita mau sejenak memperhatikan sekeliling, mencoba membaca riak-riak wajah orang-orang yang kita temui, kita akan melihat betapa semua orang sama. Mereka punya ujiannya sendiri-sendiri pada konteks yang berbeda namun bobot yang sama sesuai kapasitas masing-masing.

Sedih atau bahagia. Optimis atau pesimis. Semuanya pilihan. Kita yang menentukan, sikap seperti apa yang akan kita show up kepada dunia. Tak ada larangan, hanya ada 'akibat'.

Aku pilih untuk bersyukur saja ahh... Agar akibatnya pun tak jauh dari indahnya perasaan 'bersyukur' itu, yaitu bahagia. Aku pilih untuk optimis saja, agar akibatnya pun adalah pasangannya, yaitu sukses.

#AkuBahagia^_^#

Jumat, 14 September 2012

Bukan dia, tapi DIA...


A: “Besok yah…”
B: “Siiippp… Alhamdulillah…”
A: “Aduh lupa…. Besok aja yah…”
B: “Hooo…. Baiklah,… besok yahhh”
A: “Hmmm… belum euy lupa…..”
B: “Okay….”
A: “Belum nih…. Sibuk…”
B: “Ohhhh….”

Harapan adalah energi besar bagi manusia. Ia akan mampu membuat manusia bisa terbang hingga langit tertinggi. Ia bisa menjadikan semut berkekuatan layaknya gajah. Ia mengubah seorang fakir seolah jutawan. Ia mengganti air mata dengan senyuman. Ia menenangkan hati yang gelisah. Ia membuka jalan yang tertutup.

Yahh itulah, HARAPAN. Sebuah energi hebat. Ia adalah turunan dari cinta. Dan kita semua tahu, betapa dahsyatnya CINTA. Sekedar mengingatkan betapa kuatnya CINTA, aku kutip kembali tulisan Ust. Anis Mata dibuku serial CINTA-nya,

“Seperti banjir menderas. Kau tak kuasa mencegahnya. Kau hanya bisa ternganga ketika ia meluapi sungai-sungai, menjamah seluruh permukaan bumi, menyeret semua benda angkuh yang bertahan di hadapannya. Dalam sekejap ia menguasai bumi dan merengkuhnya dalam kelembutannya. Setelah itu ia kembali tenang: seperti seekor harimau kenyang yang terlelap tenang. Demikianlah cinta. Ia ditakdirkan jadi makna paling santun yang menyimpan kekuasaan besar.”

Amazing sekali bukan? Maka, wajar jika turunannya yang berupa HARAPAN pun mampu memberikan kekuatan besar pada manusia. Karenanya, manusia harus memiliki harapan untuk bisa melanjutkan hidup.

Segala sesuatu yang besar, haruslah disandarkan pada yang besar pula. Kita tidak mungkin menyandarkan sepeda motor pada pagar kayu yang rapuh. Pagarnya bisa ambruk disenderin motor dan akibatnya motor kita bisa rusak karena “ngegudubrak”. Minimal pagar besi atau pagar tembok, baru motornya bisa nyender dengan tumaninah ^_^

Begitu pun HARAPAN.
Energinya yang luar biasa haruslah disandarkan pada sesuatu yang lebih luar biasa lagi. Agar dia bisa ajeg tersandar dengan aman dan nyaman. 

Hari ini, aku belajar hal besar soal harapan. Hal besar dari suatu yang ‘kecil’.
Percakapan diatas adalah percakapan yang menggambarkan betapa sulitnya menyandarkan sebuah harapan pada manusia. Karena manusia itu pelupa… karena manusia itu sering lalai... karena manusia itu bisa jadi berkhianat… karena manusia itu terkadang tak jujur. Dan banyak alasan kelemahan manusia yang seharusnya membuat kita berhati-hati dan tidak sekali-kali menggantungkan harapan pada yang manusia.

Cuma, yaaaa gitu deh… ada suatu waktu dimana tekanan terasa begitu menghimpit, lalu hati yang lalai ini pun mulai condong kepada manusia. Bahkan kadang, hati menggantungkan harapan sepenuhnya pada manusia. Lupa berdoa dan terlalu yakin manusia bisa memenuhi apa yang dibutuhkan.
Astaghfirullah…

Karena Allah sayang, Dia pun menegurku hari ini. Dia menghantam hatiku hingga tersungkur. Dia seolah membelai kepalaku dan berkata, 
“Berhentilah berharap padanya, ada Aku disini. Apa kau lupa? Mau sampai kapan terluka? Mau sampai kapan terjatuh? Sudah hentikan, dan lihatlah Aku dekat denganmu. Apa kau meragukan-Ku bisa membantu?”

Aku pun hanya bisa tergugu. Haru dan malu….
Sejak awal, aku melupakan-Nya. Berharap penuh pada manusia-manusia yang tak bisa dipegang janjinya. Merengek pada mereka yang serba terbatas.
Hiksss… ya aku maluu… dan dengan menunduk dalam, aku pun memohon maaf pada-Nya….
Hingga kudapatkan kembali kekuatan dari satu keyakinan, dan kukatakan dengan lantang pada diriku sendiri,
“Aku tidak tahu bagaimana caranya, tapi Allah pasti akan mengulurkan tangan-Nya. Aku akan segera menyaksikan keajaiban itu, tak lama lagi..”

Maka, kutenangkan hatiku… dan tak perlu menunggu hitungan hari. Hanya hitungan jam saja, aksi-Nya mulai terlihat. Orang-orang pengganti yang tak disangka bermunculan. Memberikan bantuan tanpa diminta. Aku pun hanya bisa ternganga, kalimah tasbih-lah yang pertama terucap,
Subhanallah… Maha Suci Engkau, Ya Allah... Aku memang tak layak meragukan-Mu sedikit pun.

Kini, tinggal menanti hari pengeksekusian.  
Aku yakin, inilah jalan dakwah yang indah. Berbalut air mata dan luka…. Namun, Dia tak akan membiarkanku sendirian… tangan-Nya yang hangat siap membasuh air mata yang mengalir dan mengobati kaki yang terluka.

“Dan kutahu, tangan-Mu akan terhulur pada saat yang tepat. Kau inginkan aku menjadi kuat, maka tak mungkin Kau biarkan aku hanya sekedar bersenang-senang. Aku harus dilatih untuk menjadi pribadi tangguh. Aku harus diuji untuk menjadi seseorang yang istiqamah. Aku tahu itu… dan aku tak akan meminta untuk dimudahkan, aku hanya meminta…. Kuatkan. Itu saja

Menikmati tahapan menuju-Nya
Yaya

Bacaan Populer