Kamis, 28 Juli 2011

Merajut Harapan


Mohon dengarkan aku malam ini
Untuk ringankan langkah kaki
Dengarkan…

Do’aku semoga aku tak terlambat
Memberi yang terbaik dari hidupku
Semoga Kau terima semua ibadahku
Masukkanlah diriku tuk kekal di syurga-Mu

Mohon pilihkan dari yang kupinta
Pilih yang terbaik untukku
Do’aku…

Do’aku by Ali

Harapan ibarat sayap bagi burung. Dengannya, ia dapat terbang menjelajah kemana pun ia mau. Tak terbatas dan bebas. Maka, wajarlah bila disebutkan bahwa manusia hidup dengan harapan-harapannya, jika ia sudah tidak memiliki harapan, maka ia tidak akan bisa bertahan hidup.

Harapan ibarat air bagi ikan. Dengannya, ia dapat menjelajah dunia, berenang-renang dengan bebas di lautan lepas. Meski Nampak tak terbatas, tapi selalu ada arah yang dituju, selalu ada jalan yang jadi panduan. Maka, begitulah manusia, meski ia bebas dengan semua harapannya, tapi ada tujuan yang hendak dicapai dari semua harapan itu. Tujuan yang akan membuatnya mampu mempertahankan harapan-harapan dalam dirinya.

Harapan ibarat obat bagi tubuh yang sakit. Dengannya, ia dapat pulih dan mampu mengejar apa yang dituju. Memang kadang terasa sangat pahit, tapi ia bisa menyembuhkan hati yang sakit dan pikiran yang terluka. Ia bisa meyakinkan qalbu yang ragu bahwa kita cukup kuat untuk menjalani kehidupan.

Harapan… adalah harta berharga yang tak mungkin aku jual bahkan hingga nyawa hendak terlepas dari raga. Karena dengannya aku bisa membalikkan keadaan sesulit apapun. Dengannya, aku bisa menekan rasa takut dan memunculkan keberanian. 

Harapan… adalah ikatan paling akhir yang mengikatku dari ruh kehidupan. Maka, selagi Dia memberikan aku waktu, aku tak akan pernah melepaskan ikatan itu. Menahannya dan memastikan ia tetap kuat mengikatku hingga waktu melepasnya tiba…. Yaitu, saat bertemu dengan Pemilik Harapan itu sendiri. 

Merajut harapan. Itulah tema hari-hariku kini. Meski benang-benang ini Nampak usang, warna sudah tak jelas bahkan rusak. Bagian-bagian benangnya sudah mulai tak beraturan, ada juga helaiannya yang keluar dari ikatan. Tapi, aku tetap berusaha menyatukannya dan merajutnya dengan jarum yang masih kuat walau terlihat berkarat. Aku akan terus merajutnya dan membentuknya menjadi sesuatu…. Sesuatu yang bermanfaat, sesuatu yang indah, sesuatu yang akan membuat orang lupa bahwa ini berasal dari benang-benang yang sudah rapuh dan hampir akan dibuang.

Merajut harapan dan menjaga keoptimisan. Meski ternyata aku tak sanggup menyelesaikan rajutan ini, karena waktuku telah tiba. Setidaknya, aku termasuk golongan orang yang bersungguh-sungguh dan jauh dari putus asa. Semoga itu jadi tabungan amal untuk pertimbangan-NYA kelak.

Salam Semangat
Yaya


1 komentar:

Bacaan Populer