Rabu, 13 Juli 2011

Alasan itu adalah CINTA

Menulis. Hal yang sebenarnya saya sukai sejak kecil.
Saya senang bikin catatan-catatan kecil apa saja, kadang curhatan, kadang puisi dan tak jarang juga bikin cerita-cerita pendek dengan imajinasi anak-anak. Tapi, hampir semuanya merupakan isi hati dan pengalaman pribadi biasanya.

Sampai SMA, saya masih senang menulis. Namun, sejak kuliah apalagi kerja, saya mulai ga produktif lagi dalam tulis menulis. Ga tau kenapa... Mungkin karena kesibukan... Atau....rasa malas, karena sudah terlalu banyak aktivitas (alias sibuk :D). Hal ini membuat saya kini merasa kaku dan aneh untuk menulis.

Dari semua catatan-catatan itu, ada satu yang selalu sama dan entah mengapa selalu sama... Temanya selalu tentang CINTA. Dari kecil, tema itu seperti jadi bahan wajib bagi saya untuk merangkai kata-kata. CINTA dalam definisi apapun. Rasanya selalu indah dan mudah untuk menulis jika Cinta menjadi tema utamanya.

Dulu saya tidak menyadari itu, sampai  suatu ketika disaat kuliah, saya merasa bosan dengan buku-buku mata kuliah saya, kemudian iseng-iseng saya membuka kembali buku harian Hello Kitti dan beberapa buku catatan sekolah yang saya sulap jadi buku cerita. Darisanalah saya 'ngeh' bahwa ternyata Cinta adalah tema wajib setiap goresan pena saya.

Setidaknya, kala itu saya tidak juga paham mengapa Cinta menjadi begitu melekat bahkan sejak saya kecil, tepatnya SD. Apakah saya yang terlalu berlebihan dengan perasaan atau apa... 

Tapi, kini saya benar-benar menyadari mengapa Cinta menjadi tema favorit saya... mungkin, kutipan buku Anis Mata tentang CINTA, dapat memberikan gambaran betapa Cinta memiliki dampak yang dahsyat.

"Seperti angin menbadai. Kau tak melihatnya. Kau merasakan kerjanya saat ia memindahkan gunung pasir di tengah gurun. Atau merangsang amuk gelombang di laut lepas. Atau meluluhlantahkan bangunan-bangunan angkuh di pusat kota metropolitan. Begitulah cinta. Ia ditakdirkan jadi kata tanpa benda. Tak terlihat. Hanya terasa. Tapi dahsyat.

Seperti banjir menderas. Kau tak kuasa mencegahnya. Kau hanya bisa ternganga ketika ia meluapi sungai-sungai, menjamah seluruh permukaan bumi, menyeret semua benda angkuh yang bertahan di hadapannya. Dalam sekejap ia menguasai bumi dan merengkuhnya dalam kelembutannya. Setelah itu ia kembali tenang: seperti seekor harimau kenyang yang terlelap tenang. Demikianlah cinta. Ia ditakdirkan jadi makna paling santun yang menyimpan kekuasaan besar.

Cinta adalah lukisan abadi dalam kanvas kesadaran manusia.

Cinta adalah kata tanpa benda, nama untuk beragam perasaan, muara bagi ribuan makna, wakil dari sebuah kekuatan tak terkira."

Cinta menjadi bagian dari hidup, cinta menjadi tujuan hidup dan cinta adalah hidup sendiri.
Siapakah orangnya yang merasa tak memiliki cinta, tak merasakan cinta dan tak dicintai? Jika ada yang merasa seperti itu, artinya dia tidak hidup. Karena cinta-lah, Allah, Sang Pemilik Jiwa menurunkan kita ke dunia ini dengan berbagai skenario yang harus kita jalankan. Semuanya karena cinta dan bermuara pada cinta jua... Cinta Agung dari Maha Agung.

Begitulah, dan kini, saya mencoba kembali ke dunia menulis. Alasan terbesarnya adalah CINTA. Saya merasa kehilangan kekuatan cinta, karena saya tidak bisa mengungkapkan apa yang seharusnya saya ungkapkan. Memendam rasa di kepala dan hati, membuat saya mudah 'stress' dan ga karuan. 

Semoga dengan kembali bisa menorehkan rasa kedalam rangkaian kata, dapat sedikit mengurangi beban yang akhir-akhir ini terasa semakin berat menggelayuti pundak saya.

Salam Hangat Sejuta Cinta
Yaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bacaan Populer